Monday 10 January 2011

belajar dari Musa

dulu aku bertanya, mengapa namamu yang berulangkali disebutNya, dan kisahmu yang bertebar merambah hampir tiap surah
bahkan Allah menetapkan; kau terkisah untuk menguatkan jiwa, hati dan rasa seorang Nabi penutup masa

ya, kini aku tahu.. betapa tak mudah menjadimu hai Musa, mengemban risalah dalam keadaan yang serba tak sempurna
kau tak fasih bicara, sulit berkata-kata. dan sebab khilaf masa lalu, kau tersalah membunuh
maka saat wahyu turun, air matamu menitik, tubuhmu berpeluh. dalam kesadaran akan beratnya beban, kau mengeluh: “bicaraku gagap, lidahku kelu, aku takut mereka akan mendustakanku.. dan pada mereka aku berdosa sungguh, aku takut akan dibunuh”

ya, kini aku tahu Musa, sungguh tak mudah menjadimu.
sebab dalam keterbatasan itu, Allah berikan untukmu lawan penuh kuasa
perbendaharaannya kaya, kerajaannya luas, tentaranya perkasa.
punggawanya setia, lagi taat buta
mengaku tuhan tertinggi, dia merasa berkuasa atas hidup dan mati.
dan kau.. kau terhutang budi masa kecil padanya

dan tahukah kau duh Musa; kelak kaum nan kaupimpin bebas dari perbudakan tiran, yang saksikan sejuta kuasa Allah menaungi jalan, akan berlomba bangga-bangga membangkangi Allah dan mendurhakaimu?

malam ini kususuri kisahmu, dan aku takjub.
atas takdirNya, masa lalumu tak sempurna. tapi kau terpilih memikul risalah suciNya.
sedang Muhammad dipilihNya dari pribadi yang terjaga sempurna. dia memikul risalah dengan gelar al amin yang masyhur ternama.
kau didustakan, diapun sama.
mungkin sebab itulah kisahmu selalu menjadi penguat hatinya.
di saat-saat berat, Muhammad mengenangmu dan melirihkan gumam: “semoga Allah menyayangi saudaraku Musa.. sungguh ia dicobai lebih menyakitkan dari ini semua”

malam ini duhai Musa, kususuri kisahmu.
aku tersenyum, alhamdulillah...kau dan senarai jalanmu membuatku merasa, beban-beban da’wah ini hanyalah seberkas kapas.

tapi di sisi lain, menelisik ceritamu, mataku basah.
“ahh.. surga, rasanya masih jauh, sangat jauh..”