Tuesday 12 July 2011

see you later, Farhan :)

apa pengalaman terberat selama jadi guru? hari ini, saya baru mengalaminya.

hari ini sebenarnya masih liburan sekolah, tapi karna saya kebagian piket untuk asesmen, saya masuk ke sekolah. oh ya, bagi yang belum tau asesmen itu apa, dalam bahasa yang sederhana, asesmen adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan anak.

ada 9 anak yang harus diasesmen dalam waktu 2 jam, dengan asessor sebanyak 5 orang. anak pertama yang saya tangani, namanya Farhan. sebelum diasesmen, saya sudah bisa melihat ada yang berbeda dengan anak ini. Farhan tidak mempunyai karakteristik seperti anak Tuna Grahita lainnya, melainkan lebih mirip dengan anak Autisme.

pertama kali masuk ruangan, Farhan berputar-putar saja. dia gak mau disuruh duduk sama sekali, bahkan dia gak bisa memahami instruksi yang saya berikan. kontak mata dia gak ada, konsentrasi cuma 2 detik, daaaannnn dia gak bisa ngomong dengan benar, dia cuma bisa ketawa dan nangis! jengjengjeng *drumroll*

saya pun mengerahkan segala kekuatan buat menenangkan dia, membuat dia patuh sama saya. tapiiiii yang ada badan saya remuk dicakar, digebuk, digigit, dan dilempar pake balok dan gelas aqua, masih bagus loh saya gak dilempar pake tivi atau kipas angin. *ngelap keringet*

akhirnya, setelah badan remuk gak karuan, saya ajak dia keluar ruangan buat lari keliling lapangan. lumayan lah, lumayan capek maksudnya. tapi yang capek ya saya doang, Farhan? jangan ditanya. dia masih sanggup lho loncat di trampolin selama 15 menit. fiuh.

saya menyerah. ini cuma 30 menit saya menangani Farhan, apalagi kalo tiap hari, gak kebayang deh. saya berembuk dengan tim untuk mengambil keputusan apakah Farhan diterima atau tidak di sekolah kami. dan akhirnya, Farhan diputuskan untuk tidak diterima di sekolah, karna memang kemampuannya yang belum cukup dan belum siap untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah. saya berharap, bukan saya yang harus menyampaikan kabar menyedihkan ini ke ibundanya. tapi ternyataaaa....saya yang ditumbalin buat ngomong ke ibundanya.

dengan berat hati, saya pun bicara dengan ibunda Farhan. saya merangkai kata-kata sehalus mungkin yang sekiranya tidak akan mematahkan hati sang ibu. sampai akhirnya si ibu berkata: "jadi anak saya gak diterima ya bu?"
nyessss..... inilah hal terberat yang harus dialami oleh seorang guru *tsaah elaahhh*

saya gak tega melihat mata sang ibu berkaca-kaca ketika mengucapkan kalimat itu. saya pun gak tega mendengar sang ibu bercerita tentang betapa lelahnya dia berkeliling dari dokter yang satu ke dokter lainnya unuk mencari penanganan terbaik untuk Farhan. saya bener2 gak tega mendengar sang ibu yang bercerita dengan suara tercekat di tenggorokan hampir menangis. ah, saya beneran gak tega!

tapi percayalah bu, kami cuma ingin yang terbaik untuk Farhan. dia butuh penanganan terbaik, dan bukan sekolah kami yang bisa memberikan itu. kalau Farhan diterima di sekolah kami, justru kami khawatir akan mendzoliminya karna tidak bisa memberi pelayanan yang maksimal untuknya. karna Farhan begitu istimewa bu, dia juga butuh penanganan yang istimewa.
setelah kepulangan Farhan dan ibundanya, saya berpikir, mungkin masih banyak Farhan lain yang bernasib sama. tidak tertangani sejak awal dengan maksimal. di saat yang sama, saya sadar bahwa ternyata, tugas saya sebagai guru SLB sungguh sangat tidak mudah. tapi saya juga sadar kok, anak-anak yang istimewa ini, hanya diberikan kepada orangtua dan guru yang istimewa pula :)

Bye, Farhan. makasih ya udah jadi "temen berantem" bu apil yang baru. kita pasti bisa ketemu lagi. see you later, Farhan :))

No comments:

Post a Comment